CiKa Sang GePeBa
Oleh : Yuniar Arij Puspita Ningrum
Disebuah
desa Jendral hiduplah keluarga yang rukun dan damai. Mereka hidup dengan penuh
kecukupan, sebut saja keluarga pak No. Pak No mempunyai istri yang bernama bu
Ry, beliau bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan pak No bekerja sebagai
PNS di suatu Kantor. Kedua pasangan tersebut mempunyai dua orang anak bernama
Ci (perempuan) dan Ka (laki-laki). Ci masih duduk di bangku SDN kelas IV, sedangkan
Ka duduk di bangku SDN kelas V. Mereka bersekolah di SDN Jendral 8. Mereka
selalu berangkat sekolah bersama-sama, menaiki sepeda. Di sekolah mereka
tergolong anak yang biasa saja, tidak pintar dan tidak bodoh.
Suatu
hari, di desa Jendral, angin berhembus sejuk, sinar jingga mulai menampakkan
dirinya, dan kicau burung yang mendamaikan hati, tepatnya di sebuah rumah
terdengar suara kesibukan.
“Kakak!
Adik! Cepat bangun, kalian tidak mau terlambat, bukan?” Teriak bu Ry dari bilik
Dapur.
“Iya,
bu.” Jawab kakak adik serentak, serasa telah diberi aba-aba untuk menjawab.
Mereka
pun segera menuju ruang makan dengan seragam yang sudah rapi.
“Bapak,
kemana Bu? Kok nggk ikut sarapan bareng kita?” Tanya Ci sembari mau duduk.
“Bapak
kan sibuk Ci.” Jawab Ka yang sudah duduk di kursi.
“Sibuk
ngapain, Kak?”
“Ya,
sibuk kerja untuk mencari nafkah lah, Ci.”
“Kasihan
ya Bapak pagi-pagi buta sudah harus berangkat. Sedangkan kita masih tidur
cantik ganteng” menjawab dengan sedikit bergurau.
“Iya,
Nak. Oleh sebab itu kalian harus rajin-rajin belajar.” Nasehat ibu kepada kedua
anak kesayangannya tersebut.
“Iya,
Ibuku tercinta.” Sahut kedua anak kesayangannya.
Setelah
selesai sarapan, mereka bersiap-siap berangkat ke sekolah, tidak lupa
berpamitan pada ibu tercinta (Bu Ry). Selama
perjalanan menuju ke sekolah, terlihat godaan sawah yang membentang
hijau menyejukkan hati. Hari-hari mereka lewati dengan penuh kesehatan. Sesampainya
di SDN Jendral 8, mereka segara menuju kelas masing-masing. Bukan untuk memulai
berbincang-bincang dengan teman sekelasnya, melainkan mempelajari materi yang
akan diajarkan oleh gurunya nanti. ( Jarang bukan, ada anak seperti itu? Tentu
saja. Ingin mencoba seperti itu? Silakan saja, tak ada yang melarang kokJ
)
Sewaktu
istirahat pun mereka tidak pergi ke Kantin, melainkan ke tempat rak-rak buku
berbaris rapi yang siap menambah jendela ilmu mereka. Disana mereka mencari
informasi mengenai betapa indahnya negeri ini. Mereka selalu terlihat
bersama-sama, seakan-akan telah terekatkan oleh lem Rajawali (Seberapa kuatkah
lem Rajawali? Hingga tak bisa melepaskan mereka? ). Demi mewujudkan suatu
angan-angan yang sama itulah yang membuat mereka selalu bersama, saling tukar
informasi, dan mensupport satu sama lain.
Ka
dan Ci selalu melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang
lain seperti, mengajari temannya yang masih belum mengerti pelajaran yang sudah
dijelaskan gurunya. Sepulang sekolah mereka mempelajari apa yang telah mereka
pelajari di sekolah tadi. Dan mengerjakan PR yang telah diberikan oleh gurunya.
Ka selalu membantu adiknya, apabila Ci tidak bisa mengerjakan PR. Mereka
terlihat sangat kompak dan rukun sekali.
Hari
mulai terbang ke depan, tak terasa hari ahad pun jatuh ke tempatnya. Mereka
menghabiskan hari ahad ini bersama-sama, walaupun hanya sekedar menikmati
pemandangan sawah yang menghijaukan mata. Mereka sekeluarga, berjalan-jalan,
berolahraga mengintari persawahan maupun perkebunan. Hingga saatnya istirahat
tiba, mereka duduk di bawah rindangnya pohon besar sambil berbincang-berbincang
sarapan roti selai dan susu.
“Lihatlah
nak, begitu indahnya bentangan alam di depan mata kita ini!” suara Pak No
terdengar.
“Iya
Pak, sungguh elok pemandangan ini.” Jawab Ka.
“Kau
tau, Nak? Mungkin di kota pemandangan ini akan sulit kau temui.”
“Iya
Pak, aku tau itu. Aku pernah mendengar dari guruku, pemandangan yang biasa kamu lewati hanya dengan mengayuh sepeda
mungil, tak mungkin kamu bisa lakukan di perkotaan.”
“Kalian
tau mengapa begitu?” Tanya bu Ry.
“Mungkin
karena tempat hijaunya alam, jauh dari tempat tinggal mereka Bu?” Jawab Ka.
“Iya,
benar. Itu termasuk salah satu alasannya.” Jawab ibu tercinta.
“Alasan
lainnya apa, Bu?” Tanya si kecil Ci
“Coba
jelaskan,Pak. Bapak kan yang lebih tau rinciannya?”
Kedua
anaknya pun menunggu jawaban sang Bapak.
“Begini
Nak, di perkotaan kan banyak sekali bangunan-bangunan besar. Karena bangunan
tersebut, hijaunya alam yang ada di tempat itu pun tergerus. Jadi orang
perkotaan pun sulit menikmati pemandangan seperti di depan kita ini.”
“Terus
Pak, bangunan besar itu digunakan untuk apa? Mengapa harus dibangun jikalau
dapat merusak alam?” Tanya Ci.
“Bangunan
itu digunakan untuk mengurusi sebuah dokumen-dokumen penting (Kantor), pusat
perbelanjaan (Mall), Restaurant, Kafe, dsb.”
“Bapak
kan juga seorang pekerja perkantoran, berarti termasuk pemakai bangunan itu,
dan bangunan yang Bapak pakai telah menggerus pemandangan hijau dong. Berarti
Bapak termasuk penggerus pemandangan alam indah ini, begitu?” Sahut Ka.
“Ya
bukan begitu juga sayang, bangunan besar itu juga ada yang bermanfaat positif
dan juga negatif. Alangkah baiknya pemandangan alam yang kita miliki bisa
mengimbangi bangunan-bangunan yang berdiri.”
“Oh
begitu..” sahut kedua anaknya.
“Oleh
karena itu, kalian anak-anakku tercinta sebagai Generasi Penerus Bangsa
(GePeBa) yang cinta akan bangsa ini
harus bisa menjaga indahnya pemandangan alam yang telah ada. Jangan kalian
rusak alam ini walaupun hanya sekedar membuang sepotong kertas kecil di
sembarang tempat, mengerti?”
“Siap
Pak, kami mengerti.” Jawab mereka kompak dan bersemangat.
Hari
sudah semakin siang, mereka sekeluarga akhirnya pulang ke rumah. Dalam perjalan
pulang mereka didampingi oleh hembusan angin dan hijaunya alam sekitar. Mereka
bernyanyi riang sembari menikmati ciptaan-Nya. Dalam hati secara bersama-sama
Ka dan Ci menngucapakan angan-angannya
“Kami
Generasi Penerus Bangsa (GePeBa) harus bisa mejaga alam indah ini, agar kami
tetap bertahan hidup makmur dan sejahtera. Karena alam hijau ini adalah
sebagian dari paru-paru kami. Semangat wujudkan mimpi demi Bangsa Indonesiaku
tercinta.”
Cerpen "CiKa Sang GePeBa" merupakan suatu karya yang sangat mengesankan bagiku. Karena untuk pertama kalinya cerpen karyaku termuat dalam sebuah buku yaitu "ASA DI UJUNG PENA". Hal ini memacu semangatku untuk menciptakan karya-karya tulis yang indah dan menarik. Terima kasih untuk semuanya yang telah membimbingku. Terima kasih SMAN 22 SURABAYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar