Jumat, 06 Mei 2016

Cerpen Tema Generasi Penerus Bangsa

CiKa Sang GePeBa

Oleh : Yuniar Arij Puspita Ningrum

Disebuah desa Jendral hiduplah keluarga yang rukun dan damai. Mereka hidup dengan penuh kecukupan, sebut saja keluarga pak No. Pak No mempunyai istri yang bernama bu Ry, beliau bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan pak No bekerja sebagai PNS di suatu Kantor. Kedua pasangan tersebut mempunyai dua orang anak bernama Ci (perempuan) dan Ka (laki-laki). Ci masih duduk di bangku SDN kelas IV, sedangkan Ka duduk di bangku SDN kelas V. Mereka bersekolah di SDN Jendral 8. Mereka selalu berangkat sekolah bersama-sama, menaiki sepeda. Di sekolah mereka tergolong anak yang biasa saja, tidak pintar dan tidak bodoh.
Suatu hari, di desa Jendral, angin berhembus sejuk, sinar jingga mulai menampakkan dirinya, dan kicau burung yang mendamaikan hati, tepatnya di sebuah rumah terdengar suara kesibukan.
“Kakak! Adik! Cepat bangun, kalian tidak mau terlambat, bukan?” Teriak bu Ry dari bilik Dapur.
“Iya, bu.” Jawab kakak adik serentak, serasa telah diberi aba-aba untuk menjawab.
Mereka pun segera menuju ruang makan dengan seragam yang sudah rapi.
“Bapak, kemana Bu? Kok nggk ikut sarapan bareng kita?” Tanya Ci sembari mau duduk.
“Bapak kan sibuk Ci.” Jawab Ka yang sudah duduk di kursi.
“Sibuk ngapain, Kak?”
“Ya, sibuk kerja untuk mencari nafkah lah, Ci.”
“Kasihan ya Bapak pagi-pagi buta sudah harus berangkat. Sedangkan kita masih tidur cantik ganteng” menjawab dengan sedikit bergurau.
“Iya, Nak. Oleh sebab itu kalian harus rajin-rajin belajar.” Nasehat ibu kepada kedua anak kesayangannya tersebut.
“Iya, Ibuku tercinta.” Sahut kedua anak kesayangannya.
Setelah selesai sarapan, mereka bersiap-siap berangkat ke sekolah, tidak lupa berpamitan pada ibu tercinta (Bu Ry). Selama  perjalanan menuju ke sekolah, terlihat godaan sawah yang membentang hijau menyejukkan hati. Hari-hari mereka lewati dengan penuh kesehatan. Sesampainya di SDN Jendral 8, mereka segara menuju kelas masing-masing. Bukan untuk memulai berbincang-bincang dengan teman sekelasnya, melainkan mempelajari materi yang akan diajarkan oleh gurunya nanti. ( Jarang bukan, ada anak seperti itu? Tentu saja. Ingin mencoba seperti itu? Silakan saja, tak ada yang melarang kokJ )
Sewaktu istirahat pun mereka tidak pergi ke Kantin, melainkan ke tempat rak-rak buku berbaris rapi yang siap menambah jendela ilmu mereka. Disana mereka mencari informasi mengenai betapa indahnya negeri ini. Mereka selalu terlihat bersama-sama, seakan-akan telah terekatkan oleh lem Rajawali (Seberapa kuatkah lem Rajawali? Hingga tak bisa melepaskan mereka? ). Demi mewujudkan suatu angan-angan yang sama itulah yang membuat mereka selalu bersama, saling tukar informasi, dan mensupport satu sama lain.
Ka dan Ci selalu melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain seperti, mengajari temannya yang masih belum mengerti pelajaran yang sudah dijelaskan gurunya. Sepulang sekolah mereka mempelajari apa yang telah mereka pelajari di sekolah tadi. Dan mengerjakan PR yang telah diberikan oleh gurunya. Ka selalu membantu adiknya, apabila Ci tidak bisa mengerjakan PR. Mereka terlihat sangat kompak dan rukun sekali.
Hari mulai terbang ke depan, tak terasa hari ahad pun jatuh ke tempatnya. Mereka menghabiskan hari ahad ini bersama-sama, walaupun hanya sekedar menikmati pemandangan sawah yang menghijaukan mata. Mereka sekeluarga, berjalan-jalan, berolahraga mengintari persawahan maupun perkebunan. Hingga saatnya istirahat tiba, mereka duduk di bawah rindangnya pohon besar sambil berbincang-berbincang sarapan roti selai dan susu.
“Lihatlah nak, begitu indahnya bentangan alam di depan mata kita ini!” suara Pak No terdengar.
“Iya Pak, sungguh elok pemandangan ini.” Jawab Ka.
“Kau tau, Nak? Mungkin di kota pemandangan ini akan sulit kau temui.”
“Iya Pak, aku tau itu. Aku pernah mendengar dari guruku, pemandangan yang biasa  kamu lewati hanya dengan mengayuh sepeda mungil, tak mungkin kamu bisa lakukan di perkotaan.”
“Kalian tau mengapa begitu?” Tanya bu Ry.
“Mungkin karena tempat hijaunya alam, jauh dari tempat tinggal mereka Bu?” Jawab Ka.
“Iya, benar. Itu termasuk salah satu alasannya.” Jawab ibu tercinta.
“Alasan lainnya apa, Bu?” Tanya si kecil Ci
“Coba jelaskan,Pak. Bapak kan yang lebih tau rinciannya?”
Kedua anaknya pun menunggu jawaban sang Bapak.
“Begini Nak, di perkotaan kan banyak sekali bangunan-bangunan besar. Karena bangunan tersebut, hijaunya alam yang ada di tempat itu pun tergerus. Jadi orang perkotaan pun sulit menikmati pemandangan seperti di depan kita ini.”
“Terus Pak, bangunan besar itu digunakan untuk apa? Mengapa harus dibangun jikalau dapat merusak alam?” Tanya Ci.
“Bangunan itu digunakan untuk mengurusi sebuah dokumen-dokumen penting (Kantor), pusat perbelanjaan (Mall), Restaurant, Kafe, dsb.”
“Bapak kan juga seorang pekerja perkantoran, berarti termasuk pemakai bangunan itu, dan bangunan yang Bapak pakai telah menggerus pemandangan hijau dong. Berarti Bapak termasuk penggerus pemandangan alam indah ini, begitu?” Sahut Ka.
“Ya bukan begitu juga sayang, bangunan besar itu juga ada yang bermanfaat positif dan juga negatif. Alangkah baiknya pemandangan alam yang kita miliki bisa mengimbangi bangunan-bangunan yang berdiri.”
“Oh begitu..” sahut kedua anaknya.
“Oleh karena itu, kalian anak-anakku tercinta sebagai Generasi Penerus Bangsa (GePeBa)  yang cinta akan bangsa ini harus bisa menjaga indahnya pemandangan alam yang telah ada. Jangan kalian rusak alam ini walaupun hanya sekedar membuang sepotong kertas kecil di sembarang tempat, mengerti?”
“Siap Pak, kami mengerti.” Jawab mereka kompak dan bersemangat.
Hari sudah semakin siang, mereka sekeluarga akhirnya pulang ke rumah. Dalam perjalan pulang mereka didampingi oleh hembusan angin dan hijaunya alam sekitar. Mereka bernyanyi riang sembari menikmati ciptaan-Nya. Dalam hati secara bersama-sama Ka dan Ci menngucapakan angan-angannya
“Kami Generasi Penerus Bangsa (GePeBa) harus bisa mejaga alam indah ini, agar kami tetap bertahan hidup makmur dan sejahtera. Karena alam hijau ini adalah sebagian dari paru-paru kami. Semangat wujudkan mimpi demi Bangsa Indonesiaku tercinta.”



Cerpen "CiKa Sang GePeBa" merupakan suatu karya yang sangat mengesankan bagiku. Karena untuk pertama kalinya cerpen karyaku termuat dalam sebuah buku yaitu "ASA DI UJUNG PENA". Hal ini memacu semangatku untuk menciptakan karya-karya tulis yang indah dan menarik. Terima kasih untuk semuanya yang telah membimbingku. Terima kasih SMAN 22 SURABAYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar