I.
Sinopsis
Tiba-tiba tenggorokan Aldin tercekat. Ibu dan Mbak Tanti
pun seakan terpaku di tempat duduk mereka. Malam itu mereka bertiga menonton
berita Jogja yang dilanda gempa di televisi. Tampak di layar televisi
reruntuhan rumah berupa tumpukan batu bata tak beraturan. Kayu-kayu penyangga
atap yang membujur ke segala arah mata angin membuat pemandangan semakin berantakan.
“Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun…”
desis Aldin, ibu dan mbak Tanti hampir bersamaan. Gambar di layar pun berganti.
Tampak di layar televisi para korban gempa terbaring berderet-deret. Tempatnya
sembarang. Di Rumah Sakit, di Puskesmas, di jalan-jalan ataupun d lapangan.
Luka tertimpa reruntuhan rumah diderita para korban di kaki, di tangan bahkan
di kepala mereka.
Malam itu Aldin ingin Mas Bas ada di sampingnya. Hingga
ia dapat menceritakan kegalauan hatinya. Sejak tadi ia masih memikirkan keadaan
Amin sahabat penanya, beserta keluarganya yang tinggal di Bantul. Pasti mereka
juga merasakan gempa tadi pagi. Bagaimana nasib mereka. Semoga mereka selamat.
Atau mungkin mereka ada di antara korban yang luka-luka?
Ternyata Amin beserta keluarga masih dapat terselamatkan
dari gempa. Mereka hanya mengalami luka-luka saja. Mereka bersyukur masih dapat
hidup, walaupun ada anggota badan yang cacat.
Pada waktu gempa, Budiman dan ibunya sedang berada di
rumah. Pada waktu itu Budiman berada di dapur, menikmati ubi goreng. Karena
lehernya dirasa haus, Budiman berniat membuat segelas teh manis. Pada saat
dituangnya air seduhan teh, ia merasa tanah yang dipijaknya bergetar hebat.
Segera ia melompat berlari ke luar rumah. Namun, dinding rumahnya roboh dan
atap rumahnya jatuh kebawah.
Budiman jatuh tersungkur. Paku pada kayu usuk genteng tertancap di punggungnya.
“Maaan!” suara jeritan Ibu. Segera Bu Dayuti menyingkirkan kayu-kayu yang
menindihi tubuh Budiman. Paku yang menancap di punggung Budiman pun dicabut
dengan susah payah. Budiman mengerang kesakitan. Oleh ibunya, Budiman segera
dibawa ke Pukesmas terdekat.
Sedangkan Amin dan Ayahnya telah dirawat di Rumah Sakit
Dr. Sutomo Surabaya. Mereka mengalami luka yang cukup parah, kaki kanan Amin
patah. Sedangkan tangan kiri ayahnya diamputasi sebatas siku. Tetapi mereka
tetap tegar menerima kenyataan ini.
Masih beruntung para relawan dapat menolong para korban
gempa Yogya. Walaupun banyak orang-orang yang terluka, tetapi mereka masih
dapat hidup. Luka kesedihan yang sangat mendalam yang telah mereka rasakan. Tetapi
mereka tetap tegar menerima kenyataan. Para Relawan pun sangat membantu mereka.
Dengan mengajak warga Yogya melakukan hal-hal yang menyenangkan. Dan membantu
memenuhi kebutuhan mereka semua.
Setelah gempa mulai membaik Aldin bertemu dengan sahabat
penanya (Amin). “Namaku Aldin, sahabat penamu.” Tak kuasa Aldin menahan haru.
Dirangkulnya Amin yang masih duduk keheranan. Sebuah pertemuan yang indah.
Aldin tak menyangka akan bertemu dengan sahabat penanya. Setelah kekagetannya
hilang. Amin merasa bahagia. Ia dapat bertemu dengan orang-orang yang
mengasihinya. (hal 84 paragraf ke-16).
II. Tema
Cerita novel ini bertemakan “Tolong Menolong” atau juga
bisa disebut saling membantu sesama makhluk hidup dalam keadaan apapun baik
susah maupun duka. Bisa dimengerti didalam kalimat cerita didalam novel yang
berbunyi :
1.
Deg! Mas Bas jadi relawan di Yogya?
Mas Bas Mau membantu para korban gempa? Subahanallah. Alhamdulillah….. (hal 44
paragraf ke-4).
2.
Dengan beralaskan rumput, anak-anak
yang usianya berlarian itu mengikuti cerita seorang relawan. Di akhir cerita
relawan itu bertanya, “siapa yang ingin mengikuti cerita yang lain besok sore?
Coba acungkan tangan keatas!” Semua anak-anak mengacungkan tangan. Larut dalam
keceriaan. (hal 64 paragraf ke-21 dan 22).
3.
“Alhamdulillah, terima kasih banyak
atas bantuannya selama ini. Hari pertama setelah dioperasi, saya tidak
menyangka saya akan dapat berjalan kembali. Waktu itu kaki saya terasa sangat ngilu,”
jawab si pasien/Amin. (hal 82 paragraf ke-2).
III.
Alur
atau Plot
Novel ini beralurkan campuran karena menceritakan tentang
kejadian kemarin kemudian ke kejadian sekarang. Dan cerita gempa di novel ini
mengalami pemuncakan konflik, kemudian konflik mulai menurun, setelah itu
konflik muncul lagi, dan penyelesaian konflik pun terjadi.
a.
Penyituasian
Aldin
adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakanya bernama Mbak Tanti dan Mas
Bastomi. Ibunya bernama Bu Rani, sedangkan ayahnya Pak Pujo sudah meninggal
kira-kira tiga tahun yang lalu. Saat ini ia masih duduk di bangku kelas 6 SD.
Di sekolahnya, ia mempunyai sahabat bernama Koko. Hobi Aldin adalah surat
menyurat. Dan ia juga mempunyai sahabat pena bernama Amin yang tinggal di
Bantul, Yogya. Aldin adalah anak yang perhatian, suka bercanda, jujur, kreatif,
pemberani, keras kepala, semangat, selalu bersyukur, dsb.
b.
Pemunculan Konflik
“Sedang
apa, Bu Wid? Kelihatannya serius sekali?” tanya Aldin heran sambil menuang air
putih ke dalam gelas. (hal 28 paragraf ke-9).
“Ini…sedang
menunggu berita lanjutan. Tadi sekilas diberitakan kalau ada gempa besar di
Yogya. Pagi tadi. Dan katanya, stasiun televisi ini akan melaporkan bagi
perkembangannya.” (hal 29 paragraf ke-1).
Gempa besar di Yogya? Pagi tadi? Oh!
Seketika Aldin teringat dengan Amin, sahabat penanya dari Yogya itu. Bagaimana
dengan daerah tempat tinggal Amin, ya? (hal 29 paragraf ke-10).
c.
Peningkatan Konflik
“Angka
pasti jumlah korban dan jumlah unit rumah yang roboh belum dapat dilaporkan.
Bantul merupakan kabupaten yang paling parah kerusakannya. Gempa yang terjadi
pukul lima lebih lima puluh tadi pagi mencapai lima koma Sembilan skala
richter, berlangsung selama lima puluh tujuh detik telah membuat daerah ini
porak poranda………” suara penyiar berita televisi swasta masih terus mewartakan
peristiwa gempa di Yogya. (hal 29 paragraf ke-1).
d.
Puncak Konflik
“Adanya
isu tsunami pukul 9 tadi pagi telah menyebabkan kepanikan yang sangat bagi
warga disini. Warga berlarian ke arah utara sebagian warga berjalan kaki,
sebagian yang lain berkendaraan……..” lapor sang penyiar berita. (hal 30 paragraf
ke-7).
e.
Penurunan konflik
“Keadaan
masjid ini lebih baik dari pada bangunan rumah kita.Kerusakan masjid ini tidak
lebih dari dua puluh persen. Insya Allah masih aman jika gempa susulan yidak
telalu besar,” jawab yang lain. (hal 38 paragraf ke-53).
“Subhanallah,
Alhamdulillah. Barangkali itulah hikmah dari bencana gempa ini. Sikap tolong
menolong sesama penduduk semakin kuat,” Pak Rosid memandang takjub. (hal 53
paragraf ke-24).
f.
Pemunculan Konflik lagi
Kami merasakan tanah
bergoncang hebat…………… Sampai akhirnya aku terbangun di sebuah ambulan. Kakiku
terasa sangat sakit. ( hal 77 paragraf ke-5 dari surat Amin).
“Sebentar,
Din. Bukankah stempel posnya Surabaya? Berarti temanmu itu dirawat di Surabaya.
(hal 78 paragraf ke-2).
g.
Penyelesaian
Beberapa
rombongan relawan yang telah masuk kedaerah itu kemarin harus mengangkut
peralatan mereka dengan berjalan kaki. (hal 47 paragraf ke-14).
Saat
aku tersadar lagi aku berada dirumah sakit. Dokter mengatakan kaki kananku
telah dioperasi, luka dipelipisku dijahit. (hal 77 paragraf ke-5 dari surat
Amin).
“Namaku
Aldin, sahabat penamu.” Tak kuasa Aldin menahan haru. Dirangkulnya Amin yang
masih duduk keheranan. Sebuah pertemuan yang indah. Aldin tak menyangka akan
bertemu dengan sahabat penanya. Setelah kekagetannya hilang. Amin merasa
bahagia. Ia dapat bertemu dengan orang-orang yang mengasihinya. (hal 84
paragraf ke-16).
IV. Penokohan
a. Tokoh - Tokoh Utama
1. Aldin
Ø Suka
bercanda, buktinya : "Maaf ya Ko. Cuma bercanda. Tapi tidak keliru, kan?"
(hal 18 paragraf ke-8).
Ø Kreatif
dan berani, buktinya : "Itulah yang aku suka. Kreatif dan
keberanian," ucap Yus mantap. (hal 20 paragraf ke-10).
Ø Jujur,
buktinya : "Kamu memang pantas jadi bos mading Yus," kata Aldin
jujur. (hal 20 paragraf ke-11).
Ø Perhatian,
buktinya : Bagaimana nasib mereka . Semoga mereka selamat. Atau mungkin mereka
ada diantara korban yang luka-luka tadi?
(hal 34 paragraf ke-24).
Ø Semangat,
buktinya : Ia bertambah semangat manakala teringat keadaan anak-anak SDkorban
gempa. ( hal 54 paragraf ke-1).
Ø Keras
kepala, buktinya : "Ah, memang kamu keras kepala. Tidak mau ngikutin
omongan Mbak Tanti.........." tanya Mbak Tanti. (hal 60 paragraf ke-29).
Ø Tak
sabar, buktinya : Tak sabar rasanya, ia ingin segera sampai dirumah dan melihat
foto-fotonya. (hal 75 paragraf ke-1)
Ø Selalu
bersyukur, buktinya : Oh tidak! Aku cukup bersyukur makan empat sehat setiap
harinya lewat kerja ibu. (hal 19 paragraf ke-17).
Ø Sholeh,
buktinya : Sun sayaaaang banget buat Aldin yang salih dan cakep. (hal 44
paragraf ke-4 dari surat mas Bastomi).
Ø Berusaha,
buktinya : Selama itu ia telah berusaha dengan baik mengerjakan soal-soal
ujian. (hal 54 paragraf ke-1).
2.
Amin
Ø Bersyukur, buktinya :
Aldin,
para dokter dan terapis disini baik. Mereka memberiku kertas dan pensil untuk
menggambar.
Mereka
melatihku berjalan dengan tongkat. Mereka juga yang mengeposkan suratku ini.
(hal 77 paragraf ke-6 dan 7).
Ø Berani,
buktinya : “Bapak rasa kau sudah semakin berani melangkah,” kata Pak Irsyad
pada anak itu. (hal 82 paragraf ke-2).
Ø Semangat,
buktinya : “Kau memiliki semangat yang besar untuk sembuh. Itu sangat
penting….” (hal 83 paragraf ke-5).
Ø Tegar/tabah,
buktinya : Tapi ia telah memutuskan untuk menerima kenyataan ini. Walau tulang
kaki kanannya patah. (hal 83 paragraf ke-11).
Ø Khawatir,
buktinya : Amin mengangguk khawatir. (hal 90 paragraf ke-3).
b. Tokoh
– Tokoh Lainnya :
1.
Mas Bastomi (kakaknya Aldin)
Ø Baik,
buktinya : Sudah ganteng, baik hati lagi.
Bikin adikmu ini tambah sayang, kata Aldin dalam hati. (hal 15 paragraf
ke-37).
Ø Perhatian,
buktinya : Walau kelihatannya santai, namun Mas Bas penuh perhatian. (hal 15
paragraf ke-38).
Ø Suka
bercanda, buktinya : “……..Kreatif dalam surat menyurat it’s ok. Yang tidak boleh itu kreatif dalam ibadah. Seperti...
angkat tangan waktu takbir dengan gaya break
dance. Ha… ha… ha…“ Tangan Mas Bas bergerak-gerak menirukan penari break dance. (hal 17 paragraf ke-55).
Ø Suka
membantu, buktinya : Jadi relawan untuk
korban gempa. Tolong doakan Mas dan teman-teman. (hal 44 paragraf ke-3 dari
suratnya).
Ø Suka
menasehati, buktinya : Mas hanya mau pesan, belajar yang rajin untuk menghadapi
UAN. (hal 50 paragraf ke-5).
Ø Tidak
berputus asa, buktinya : Tak berhasil. Mas Bas mencoba lagi sekuat tenaga
dengan dibantu beberapa orang. (hal 51 paragraf ke-13).
Ø Menepati
janji, buktinya : Pagi itu Mas Bas benar-benar menepati janjinya. Ia menelepon
adik kesayangannya seusai ia menunaikan salat
Subuh. (hal 58 paragraf ke-1).
2.
Mbak Tanti (kakaknya Aldin)
Ø Meremehkan,
buktinya : “Memangnya Mbak Tanti bisa menggambar sebagus ini?” tantang Aldin
tidak terima temannya diremehkan. (hal 13 paragraf ke-23).
Ø Sering
mengingat-ingat jasanya, buktinya : …..tidak sebagaiman Mbak Tanti yang sering
mengingat-ingat jasanya. (hal 14 paragraf ke-33).
Ø Menyebalkan,
buktinya : Aldin memandang kakaknya tak suka……. Kalau korban gempa mendengar
kata-kata Mbak Tanti itu, bisa-bisa
mereka sport jantung ketiga kalinya. (hal 31 paragraf ke-13).
Ø Baik,
buktinya : “Ini hadiah dari Mbak buat Aldin. Kamera ini memang tidak baru, tapi
masih bagus dan enak dipakai.” (hal 61 paragraf ke-2).
3.
Bu Rani (ibunya Aldin)
Ø Suka
menasehati, buktinya : “Sstttt sudah Din, Tanti.” Bu Rani menegur kedua
anaknya. “Tidak baik bertengkar sendiri. Apa untungnya saling ngotot?
Alhamdulillah, tsunami tidak terjadi……….” (hal 33 paragraf ke-15).
Ø Baik,
buktinya : “……. Doakan juga saudara-saudara kita di Yogya yang terkena gempa,”
ujar Ibu mengingatkan anak-anaknya. (hal 35 paragraf ke-46).
Ø Perhatian,
buktinya : “……Insya Allah, kau selalu dilindungi Allah.” Ibu mengelus kapala
Aldin. (hal 60 paragraf ke-30).
4.
Mas Budiman (kakaknya Amin)
Ø Khawatir
dan Perhatian, buktinya : “Bagaiman dengan ayah dan Amin, Bu?” tanya anak
laki-laki itu sendu tanpa menjawab pertanyaan ibunya. (hal 39 paragraf ke-66).
Ø Malas,
buktinya : Hari itu merupakan jadwal Budiman ikut ayahnya membeli dagangan ke
pasar Imogiri. Entah kenapa rasa malas membebaninya. (hal 39 paragraf ke-69).
Ø Bersyukur,
buktinya : “Tapi tidak apa-apa kok, Min. Yang penting kita masih bisa sekolah
bersama teman-teman,” ujar Budiman lagi. (hal 95 paragraf ke-5).
5.
Bu Dayuti (ibunya Amin)
Ø Perhatian,
buktinya : Oleh ibunya, Budiman segera dibawa ke Puskesmas terdekat. (hal 42
paragraf ke-85).
Ø Kasihan,
buktinya : kalaupun Ibu merasa kasihan, seharusnya tidak ditunjukan kepada
Amin. (hal 92 paragraf ke-14).
6.
Pak Sukri (ayah Amin)
Ø Ramah,
buktinya : Senang dan ramah, itulah yang terpancar di wajah Pak Sukri saat
menyambut Aldin. (halaman 86).
Ø Tegar,
buktinya : Ayah juga tegar walau harus merelakan tangan kirinya diamputasi
sebatas siku. (halaman 83).
Ø Suka
Menasehati, buktinya : Pak Sukri menyadari kegalauan yang dirasakan anaknya.
Maka dinasihatilah putra keduanya itu. (halaman 90).
Ø Bersyukur,
buktinya : “Oh, tentu. Alhamdulillah, kita bisa berkumpul dengan Ibu dan
Budiman………,” kata Pak Sukri. (halaman 92).
7.
Yus (teman Aldin)
Ø Tidak
suka bercanda/ Serius, buktinya : Yus bukanlah tipe anak yang suka bercanda.
Jadi dapat diduga tawarannya ini pun serius. (halaman 21).
Ø Berwibawa,
buktinya : Rasanya tak tega mempermainkan Yus, bos madding yang berwibawa itu.
(halaman 22).
8.
Tatak (teman Aldin)
Ø Baik,
buktinya : “Bagus, kok,” kata Tatak. (halaman 20).
Ø Tanggung
jawab, buktinya : “Sudah beres. Kita masuk, yuk,” ajak Tatak sambil menenteng
peralatannya. (halaman 21).
9.
Yasin (teman Aldin)
Ø Baik
Karena didalam cerita Yasin diceritakan sebagai
penanggung jawab madding sekolah. (halaman 19).
10. Koko
(sahabat Aldin)
Ø Suka
membantu, buktinya : “Aku suka membantu Om yang kerja merakit motor-motor
antik.” (halaman 18).
Ø Semangat,
buktinya : “Siiip lah,” jawab Koko bersemangat. (halaman 55).
Ø Panik,
buktinya : “Koko, koko. Kita sudah beberapa kali merasakan gempa susulan. Kamu
tetap saja panic begitu.” (halaman 67).
11. Bu
Wid (pemilik kantin di sekolah)
Ø Ramah,
buktinya : “Air putihnya habis ya Bu?” tanya Aldin pada Bu Wid, pemilik kantin
yang ramah. (halaman 28).
12. Pak
Jono (korban gempa)
Ø Baik,
buktinya : Pak Jono mengajak para tetangganya untuk masuk masjid lagi. Katanya,
“Kita sebaiknya masuk lagi. Masuk! Mari masuk!” (halaman 37).
13. Pak
Rosid (relawan gempa)
Ø Suka
membantu, buktinya : “Bas, ayo ikut aku! Cepat! Kita bantu penduduk untuk
mengeluarkan korban dari reruntuhan,” ajak Pak Rosid. (halaman 51).
Ø Penertian,
buktinya : “Itu juga salah satu tugas kita. Maklum saja, kejadian kemarin yang
hanya sebentar itu telah menyebabkan meninggalnya orang-orang yang mereka
kasihi,” jawab Pak Rosid penuh pengertian. (halaman 47).
14. Mas
Nugroho (relawan gempa)
Ø Baik,
buktinya : “Ya, masih ada sepuluh tenda lagi yang bisa dibagikan,” tambah Mas
Nugroho. (halaman 47).
15. Dokter
Ilyas (relawan gempa)
Ø Baik,
buktinya : “Bastomi, katanya kamu pandai memijat. Apa betul?” (halaman 49).
Keterangan tambahan : menandakan sewaktu Dokter Ilyas
meminta dipijat, ia mengalami kelelahan. Membantu para korban gempa.
16. Mas
Taufik (relawan gempa dan teman Mas Bastomi)
Ø “Setelah
kamu memijat Dokter Ilyas, kamu nanti saya pijat Bas,” kata Mas Taufik.
(halaman 49).
17. Mas
Galih (relawan gempa)
Ø Perhatian,
buktinya : “Kalasan ini merupakan daerah wilayah Jawa Tengah yang paling parah
kerusakannya akibat gempa kemarin,” Kata Mas Galih…. (halaman 63).
18. Kamal
(korban gempa)
Ø Bersyukur,
buktinya : “........Alhamdulillah, selama ini kami sangat terbantu atas
kehadiran kakakmu dan teman-temannya.” (halaman 69).
19. Dokter
Hasan (relawan gempa)
Ø Suka
bergurau, buktinya : “………..Kalau bisa menunya bukan mie. He…he…” gurau Dokter
Hasan. (halaman 79).
Ø Baik,
buktinya : “……Kalau kau mau, kau boleh ikut. Insya Allah berangkat jam Sembilan.” (halaman 79).
20. Pak
Irsyad (Dokter RS. Dr. Sutomo Surabaya)
Ø Baik,
buktinya : “Bapak rasa kau sudah semakin berani melangkah,” kata Pak Irsyad
pada anak itu……….. ”Alhamdulillah, terima kasih banyak atas bantuannya selama
ini………..,” (halaman 82).
Ø Lembut/perhatian,
buktinya : Tiba-tiba suara Pak Irsyad datang lagi dan
menyapanya lembut. “Assalamu’alaikum, Amin.” (halaman 84).
V.
Latar atau Setting
1.
Latar tempat
Ø Rumah
Aldin, buktinya : Aldin yang baru saja masuk dari rumah dengan cepat
menghindar. (halaman 10).
Ø Kamar
Aldin, buktinya : Dengan cepat Aldin masuk kamar. (halaman 10).
Ø Sekolah
Aldin, buktinya : kata Aldin pada Koko
saat istirahat di sekolah. (halaman 18).
Ø Kantin
sekolah, buktinya : “…………..karena prestasi makan bakwannya yang paling banyak
di kantin ini,” jawab Aldin menahan tawa. (halaman 18).
Ø Di dekat
madding, buktinya : Yus, penanggung jawab madding sekolah berdiri serius di
dekat mading. (halaman 19).
Ø Yogya,
buktinya : Radio kecil berbaterai dua milik Pak Jono sekarang menjadi barang
yang penting. Sesaat setelah terjadinya gempa, aliran listrik di Yogya padam. (halaman
36).
Ø Masjid,
buktinya : Pak Jono mengajak para tetangganya untuk masuk masjid lagi. (halaman
37).
Ø Surabaya,
buktinya : Siang yang terik menghias kota Surabaya. (halaman 43).
Ø Desa
Srandakan, buktinya : Rombongan relawan mas Bas dan teman-temannya untuk
pertama kalinya akan memulai kerja mereka di desa Srandakan. (halaman 46).
Ø Pinggir
Sawah, buktinya : Tandu segera digotong menuju jalan di pinggir sawah. (halaman
52).
Ø Terminal
bus Giwangan, buktinya : Bertiga diantar Mas Galih sampai di terminal bus
Giwangan. (halaman 72).
Ø RS.
Dr. Sutomo, Surabaya
Buktinya :
“Ngg… bukan begitu, Pak Dokter. Kemarin Aldin terima
surat dari teman Aldin yang jadi korban gempa. Katanya dia dirawat di rumah
sakit Surabaya.”
“Oh, begitu. Besok Bapak memang ad jadwal ke Rumah
Sakit dr. Sutomo……” (halaman 79).
Ø Taman
(di dalam RS. Dr. Sutomo, Surabaya)
Buktinya : “Bisakah saya di taman ini dulu?” (halaman
83).
Ø Ruang
perawatan Pak Sukri
Buktinya : Keduanya menuju ruang perawatan Pak Sukri,
ayah Amin. (halaman 86).
Ø Tenda
bantuan bagi keluarga Pak Sukri
Buktinya : Mala mini mereka beristirahat di dalam
tenda. (halaman 91).
Ø Sekolah
Amin dan Mas Budiman
Buktinya : kata Budiman ketika mereka mendekati lokasi
sekolah. (halaman 94).
Ø Di
bawah Pohon, buktinya : Amin duduk di bawah pohon dengan alat-alat gambarnya.
(halaman 96).
Ø Kamar
Mas Bastomi, buktinya : ………, isi bungkusan berupa selembar kertas itu ditempel
Mas Bas di dinding kamarnya. (halaman 98).
2.
Latar
waktu
Ø Sore,
buktinya : Sore itu, saat Mas Bas pulang dari kerja. (halaman 14).
Ø Sabtu
tanggal 27 Mei, buktinya : “Masya Allah, sekarang hari Sabtu tanggal 27 Mei?!
Berarti hari ini tugas matematika dikumpulkan. (halaman 26).
Ø Pagi,
buktinya : Maka sebentar saja, pagi itu di kamar Aldin terjadi kesibukan yang
luar biasa. (halaman 26).
Ø Malam,
buktinya : Malam itu mereka bertiga menonton berita gempa di televisi. (halaman
29).
Ø Siang,
buktinya : Siang yang terik menghias kota Surabaya. (halaman 43).
3.
Latar suasana
Ø Menegangkan,
buktinya : “Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun…” desis Aldin, Ibu dan Mbak
Tanti hampir bersamaan.
Ø Menyebalkan,
buktinya : Aldin memandang kakaknya tak suka. Kenapa sih harus bicara begitu.
(halaman 31).
Ø Menyenangkan,
buktinya :
Aldin menimang kamera itu dengan gembira. Benda yang
sudah lama ingin dimilikinya. (halaman 61).
“Hore, asyik!!!” sahut anak-anak itu riuh rendah.
Mereka pun bubaran. Aldin dan Koko takjub melihat keceriaan mereka. (halaman
64).
Ø Mengharukan,
buktinya : “Namaku Aldin, sahabat penamu.” Tak kuasa Aldin menahan haru. Dirangkulnya
Amin yang masih duduk keheranan. (halaman 84).
Ø Menyedihkan,
buktinya : “Ya, seperti itulah yang aku lihat di layar televisi rumah sakit.
Tapi, aku sendiri tidak tahu, bagaimana keadaan rumahku sekarang. Aku juga
tidak tahu bagaimana keadaan Ibu dan kakakku di sana.” (halaman 86).
VI.
Gaya Bahasa
Ø Majas
Personifikasi
Buktinya : Tiga sinar lampu minyak yang menyala
dipasang di dinding masjid meliuk-liuk tertiup angin. (halaman 36).
VII.
Sudut Pandang
Sudut pandang dalam cerita novel yang berjudul “Kisah
Sedih Sahabat Pena” adalah pengarang atau penulis menceritakan tentang orang
lain. Maka cerita novel ini mempunyai sudut pandang orang ke-3.
VIII.
Amanat (pesan)
Ø Manusia
adalah makhluk sosial, yang mempunyai ketergantungan satu sama lain. Di dalam
cerita novel ini kita diajarkan saling membantu atau tolong-menolong sesama
makhluk hidup (manusia).
Ø Perhatian
terhadap seseorang itu baik, maka kita juga harus menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Ø Janganlah
kamu menuduh seseorang tanpa bukti yang jelas.
Ø Bekerjasamalah
untuk memecahkan suatu masalah agar masalah tersebut cepat terselesaikan.
Cr : Yuniar Arij Puspita N
30 Nopember 2013, 9:04:48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar