Jumat, 06 Desember 2013

Contoh Analisis Novel "Kisah Sedih Sahabat Pena"

       I.            Sinopsis

            Tiba-tiba tenggorokan Aldin tercekat. Ibu dan Mbak Tanti pun seakan terpaku di tempat duduk mereka. Malam itu mereka bertiga menonton berita Jogja yang dilanda gempa di televisi. Tampak di layar televisi reruntuhan rumah berupa tumpukan batu bata tak beraturan. Kayu-kayu penyangga atap yang membujur ke segala arah mata angin membuat pemandangan semakin berantakan. “Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun…” desis Aldin, ibu dan mbak Tanti hampir bersamaan. Gambar di layar pun berganti. Tampak di layar televisi para korban gempa terbaring berderet-deret. Tempatnya sembarang. Di Rumah Sakit, di Puskesmas, di jalan-jalan ataupun d lapangan. Luka tertimpa reruntuhan rumah diderita para korban di kaki, di tangan bahkan di kepala mereka.
            Malam itu Aldin ingin Mas Bas ada di sampingnya. Hingga ia dapat menceritakan kegalauan hatinya. Sejak tadi ia masih memikirkan keadaan Amin sahabat penanya, beserta keluarganya yang tinggal di Bantul. Pasti mereka juga merasakan gempa tadi pagi. Bagaimana nasib mereka. Semoga mereka selamat. Atau mungkin mereka ada di antara korban yang luka-luka?
            Ternyata Amin beserta keluarga masih dapat terselamatkan dari gempa. Mereka hanya mengalami luka-luka saja. Mereka bersyukur masih dapat hidup, walaupun ada anggota badan yang cacat.
            Pada waktu gempa, Budiman dan ibunya sedang berada di rumah. Pada waktu itu Budiman berada di dapur, menikmati ubi goreng. Karena lehernya dirasa haus, Budiman berniat membuat segelas teh manis. Pada saat dituangnya air seduhan teh, ia merasa tanah yang dipijaknya bergetar hebat. Segera ia melompat berlari ke luar rumah. Namun, dinding rumahnya roboh dan atap rumahnya jatuh kebawah.
            Budiman jatuh tersungkur. Paku pada kayu usuk genteng tertancap di punggungnya. “Maaan!” suara jeritan Ibu. Segera Bu Dayuti menyingkirkan kayu-kayu yang menindihi tubuh Budiman. Paku yang menancap di punggung Budiman pun dicabut dengan susah payah. Budiman mengerang kesakitan. Oleh ibunya, Budiman segera dibawa ke Pukesmas terdekat.
            Sedangkan Amin dan Ayahnya telah dirawat di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya. Mereka mengalami luka yang cukup parah, kaki kanan Amin patah. Sedangkan tangan kiri ayahnya diamputasi sebatas siku. Tetapi mereka tetap tegar menerima kenyataan ini.
            Masih beruntung para relawan dapat menolong para korban gempa Yogya. Walaupun banyak orang-orang yang terluka, tetapi mereka masih dapat hidup. Luka kesedihan yang sangat mendalam yang telah mereka rasakan. Tetapi mereka tetap tegar menerima kenyataan. Para Relawan pun sangat membantu mereka. Dengan mengajak warga Yogya melakukan hal-hal yang menyenangkan. Dan membantu memenuhi kebutuhan mereka semua.
            Setelah gempa mulai membaik Aldin bertemu dengan sahabat penanya (Amin). “Namaku Aldin, sahabat penamu.” Tak kuasa Aldin menahan haru. Dirangkulnya Amin yang masih duduk keheranan. Sebuah pertemuan yang indah. Aldin tak menyangka akan bertemu dengan sahabat penanya. Setelah kekagetannya hilang. Amin merasa bahagia. Ia dapat bertemu dengan orang-orang yang mengasihinya. (hal 84 paragraf ke-16).


     II.      Tema

            Cerita novel ini bertemakan “Tolong Menolong” atau juga bisa disebut saling membantu sesama makhluk hidup dalam keadaan apapun baik susah maupun duka. Bisa dimengerti didalam kalimat cerita didalam novel yang berbunyi :
1.      Deg! Mas Bas jadi relawan di Yogya? Mas Bas Mau membantu para korban gempa? Subahanallah. Alhamdulillah….. (hal 44 paragraf ke-4).

2.      Dengan beralaskan rumput, anak-anak yang usianya berlarian itu mengikuti cerita seorang relawan. Di akhir cerita relawan itu bertanya, “siapa yang ingin mengikuti cerita yang lain besok sore? Coba acungkan tangan keatas!” Semua anak-anak mengacungkan tangan. Larut dalam keceriaan. (hal 64 paragraf ke-21 dan 22).

3.      “Alhamdulillah, terima kasih banyak atas bantuannya selama ini. Hari pertama setelah dioperasi, saya tidak menyangka saya akan dapat berjalan kembali. Waktu itu kaki saya terasa sangat ngilu,” jawab si pasien/Amin. (hal 82 paragraf ke-2).

  III.      Alur atau Plot

            Novel ini beralurkan campuran karena menceritakan tentang kejadian kemarin kemudian ke kejadian sekarang. Dan cerita gempa di novel ini mengalami pemuncakan konflik, kemudian konflik mulai menurun, setelah itu konflik muncul lagi, dan penyelesaian konflik pun terjadi.




a.      Penyituasian
            Aldin adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakanya bernama Mbak Tanti dan Mas Bastomi. Ibunya bernama Bu Rani, sedangkan ayahnya Pak Pujo sudah meninggal kira-kira tiga tahun yang lalu. Saat ini ia masih duduk di bangku kelas 6 SD. Di sekolahnya, ia mempunyai sahabat bernama Koko. Hobi Aldin adalah surat menyurat. Dan ia juga mempunyai sahabat pena bernama Amin yang tinggal di Bantul, Yogya. Aldin adalah anak yang perhatian, suka bercanda, jujur, kreatif, pemberani, keras kepala, semangat, selalu bersyukur, dsb.

b.      Pemunculan Konflik
            “Sedang apa, Bu Wid? Kelihatannya serius sekali?” tanya Aldin heran sambil menuang air putih ke dalam gelas. (hal 28 paragraf ke-9).
            “Ini…sedang menunggu berita lanjutan. Tadi sekilas diberitakan kalau ada gempa besar di Yogya. Pagi tadi. Dan katanya, stasiun televisi ini akan melaporkan bagi perkembangannya.” (hal 29 paragraf ke-1).
            Gempa besar di Yogya? Pagi tadi? Oh! Seketika Aldin teringat dengan Amin, sahabat penanya dari Yogya itu. Bagaimana dengan daerah tempat tinggal Amin, ya? (hal 29 paragraf ke-10).

c.       Peningkatan Konflik
            “Angka pasti jumlah korban dan jumlah unit rumah yang roboh belum dapat dilaporkan. Bantul merupakan kabupaten yang paling parah kerusakannya. Gempa yang terjadi pukul lima lebih lima puluh tadi pagi mencapai lima koma Sembilan skala richter, berlangsung selama lima puluh tujuh detik telah membuat daerah ini porak poranda………” suara penyiar berita televisi swasta masih terus mewartakan peristiwa gempa di Yogya. (hal 29 paragraf ke-1).

d.      Puncak Konflik
            “Adanya isu tsunami pukul 9 tadi pagi telah menyebabkan kepanikan yang sangat bagi warga disini. Warga berlarian ke arah utara sebagian warga berjalan kaki, sebagian yang lain berkendaraan……..” lapor sang penyiar berita. (hal 30 paragraf ke-7).





e.      Penurunan konflik
            “Keadaan masjid ini lebih baik dari pada bangunan rumah kita.Kerusakan masjid ini tidak lebih dari dua puluh persen. Insya Allah masih aman jika gempa susulan yidak telalu besar,” jawab yang lain. (hal 38 paragraf ke-53).
            “Subhanallah, Alhamdulillah. Barangkali itulah hikmah dari bencana gempa ini. Sikap tolong menolong sesama penduduk semakin kuat,” Pak Rosid memandang takjub. (hal 53 paragraf ke-24).

f.        Pemunculan Konflik lagi
            Kami merasakan tanah bergoncang hebat…………… Sampai akhirnya aku terbangun di sebuah ambulan. Kakiku terasa sangat sakit. ( hal 77 paragraf ke-5 dari surat Amin).
            “Sebentar, Din. Bukankah stempel posnya Surabaya? Berarti temanmu itu dirawat di Surabaya. (hal 78 paragraf ke-2).

g.      Penyelesaian
            Beberapa rombongan relawan yang telah masuk kedaerah itu kemarin harus mengangkut peralatan mereka dengan berjalan kaki. (hal 47 paragraf ke-14).
            Saat aku tersadar lagi aku berada dirumah sakit. Dokter mengatakan kaki kananku telah dioperasi, luka dipelipisku dijahit. (hal 77 paragraf ke-5 dari surat Amin).
            “Namaku Aldin, sahabat penamu.” Tak kuasa Aldin menahan haru. Dirangkulnya Amin yang masih duduk keheranan. Sebuah pertemuan yang indah. Aldin tak menyangka akan bertemu dengan sahabat penanya. Setelah kekagetannya hilang. Amin merasa bahagia. Ia dapat bertemu dengan orang-orang yang mengasihinya. (hal 84 paragraf ke-16).
           

 IV.      Penokohan

a.       Tokoh - Tokoh Utama
1.      Aldin
Ø  Suka bercanda, buktinya : "Maaf ya Ko. Cuma bercanda. Tapi tidak keliru, kan?" (hal 18 paragraf ke-8).
Ø  Kreatif dan berani, buktinya : "Itulah yang aku suka. Kreatif dan keberanian," ucap Yus mantap. (hal 20 paragraf ke-10).
Ø  Jujur, buktinya : "Kamu memang pantas jadi bos mading Yus," kata Aldin jujur. (hal 20 paragraf ke-11).
Ø  Perhatian, buktinya : Bagaimana nasib mereka . Semoga mereka selamat. Atau mungkin mereka ada diantara korban yang luka-luka tadi?
(hal 34 paragraf ke-24).
Ø  Semangat, buktinya : Ia bertambah semangat manakala teringat keadaan anak-anak SDkorban gempa. ( hal 54 paragraf ke-1).
Ø  Keras kepala, buktinya : "Ah, memang kamu keras kepala. Tidak mau ngikutin omongan Mbak Tanti.........." tanya Mbak Tanti. (hal 60 paragraf ke-29).
Ø  Tak sabar, buktinya : Tak sabar rasanya, ia ingin segera sampai dirumah dan melihat foto-fotonya. (hal 75 paragraf ke-1)
Ø  Selalu bersyukur, buktinya : Oh tidak! Aku cukup bersyukur makan empat sehat setiap harinya lewat kerja ibu. (hal 19 paragraf ke-17).
Ø  Sholeh, buktinya : Sun sayaaaang banget buat Aldin yang salih dan cakep. (hal 44 paragraf ke-4 dari surat mas Bastomi).
Ø  Berusaha, buktinya : Selama itu ia telah berusaha dengan baik mengerjakan soal-soal ujian. (hal 54 paragraf ke-1).

2.      Amin
Ø   Bersyukur, buktinya :
        Aldin, para dokter dan terapis disini baik. Mereka memberiku kertas dan pensil untuk menggambar.
        Mereka melatihku berjalan dengan tongkat. Mereka juga yang mengeposkan suratku ini. (hal 77 paragraf ke-6 dan 7).
Ø  Berani, buktinya : “Bapak rasa kau sudah semakin berani melangkah,” kata Pak Irsyad pada anak itu. (hal 82 paragraf ke-2).
Ø  Semangat, buktinya : “Kau memiliki semangat yang besar untuk sembuh. Itu sangat penting….” (hal 83 paragraf ke-5).
Ø  Tegar/tabah, buktinya : Tapi ia telah memutuskan untuk menerima kenyataan ini. Walau tulang kaki kanannya patah. (hal 83 paragraf ke-11).
Ø  Khawatir, buktinya : Amin mengangguk khawatir. (hal 90 paragraf ke-3).

b.      Tokoh – Tokoh Lainnya :
1.      Mas Bastomi (kakaknya Aldin)
Ø  Baik, buktinya : Sudah ganteng, baik hati lagi. Bikin adikmu ini tambah sayang, kata Aldin dalam hati. (hal 15 paragraf ke-37).
Ø  Perhatian, buktinya : Walau kelihatannya santai, namun Mas Bas penuh perhatian. (hal 15 paragraf ke-38).
Ø  Suka bercanda, buktinya : “……..Kreatif dalam surat menyurat it’s ok. Yang tidak boleh itu kreatif dalam ibadah. Seperti... angkat tangan waktu takbir dengan gaya break dance. Ha… ha… ha…“ Tangan Mas Bas bergerak-gerak menirukan penari break dance. (hal 17 paragraf ke-55).
Ø  Suka membantu, buktinya : Jadi relawan untuk korban gempa. Tolong doakan Mas dan teman-teman. (hal 44 paragraf ke-3 dari suratnya).
Ø  Suka menasehati, buktinya : Mas hanya mau pesan, belajar yang rajin untuk menghadapi UAN. (hal 50 paragraf  ke-5).
Ø  Tidak berputus asa, buktinya : Tak berhasil. Mas Bas mencoba lagi sekuat tenaga dengan dibantu beberapa orang. (hal 51 paragraf ke-13).
Ø  Menepati janji, buktinya : Pagi itu Mas Bas benar-benar menepati janjinya. Ia menelepon adik kesayangannya seusai ia menunaikan salat  Subuh. (hal 58 paragraf ke-1).

2.      Mbak Tanti (kakaknya Aldin)
Ø  Meremehkan, buktinya : “Memangnya Mbak Tanti bisa menggambar sebagus ini?” tantang Aldin tidak terima temannya diremehkan. (hal 13 paragraf ke-23).
Ø  Sering mengingat-ingat jasanya, buktinya : …..tidak sebagaiman Mbak Tanti yang sering mengingat-ingat jasanya. (hal 14 paragraf ke-33).
Ø  Menyebalkan, buktinya : Aldin memandang kakaknya tak suka……. Kalau korban gempa mendengar kata-kata Mbak Tanti  itu, bisa-bisa mereka sport jantung ketiga kalinya. (hal 31 paragraf ke-13).
Ø  Baik, buktinya : “Ini hadiah dari Mbak buat Aldin. Kamera ini memang tidak baru, tapi masih bagus dan enak dipakai.” (hal 61 paragraf ke-2).

3.      Bu Rani (ibunya Aldin)
Ø  Suka menasehati, buktinya : “Sstttt sudah Din, Tanti.” Bu Rani menegur kedua anaknya. “Tidak baik bertengkar sendiri. Apa untungnya saling ngotot? Alhamdulillah, tsunami tidak terjadi……….” (hal 33 paragraf ke-15).
Ø  Baik, buktinya : “……. Doakan juga saudara-saudara kita di Yogya yang terkena gempa,” ujar Ibu mengingatkan anak-anaknya. (hal 35 paragraf ke-46).
Ø  Perhatian, buktinya : “……Insya Allah, kau selalu dilindungi Allah.” Ibu mengelus kapala Aldin. (hal 60 paragraf ke-30).




4.      Mas Budiman (kakaknya Amin)
Ø  Khawatir dan Perhatian, buktinya : “Bagaiman dengan ayah dan Amin, Bu?” tanya anak laki-laki itu sendu tanpa menjawab pertanyaan ibunya. (hal 39 paragraf ke-66).
Ø  Malas, buktinya : Hari itu merupakan jadwal Budiman ikut ayahnya membeli dagangan ke pasar Imogiri. Entah kenapa rasa malas membebaninya. (hal 39 paragraf ke-69).
Ø  Bersyukur, buktinya : “Tapi tidak apa-apa kok, Min. Yang penting kita masih bisa sekolah bersama teman-teman,” ujar Budiman lagi. (hal 95 paragraf ke-5).

5.      Bu Dayuti (ibunya Amin)
Ø  Perhatian, buktinya : Oleh ibunya, Budiman segera dibawa ke Puskesmas terdekat. (hal 42 paragraf ke-85).
Ø  Kasihan, buktinya : kalaupun Ibu merasa kasihan, seharusnya tidak ditunjukan kepada Amin. (hal 92 paragraf ke-14).

6.      Pak Sukri (ayah Amin)
Ø  Ramah, buktinya : Senang dan ramah, itulah yang terpancar di wajah Pak Sukri saat menyambut Aldin. (halaman 86).
Ø  Tegar, buktinya : Ayah juga tegar walau harus merelakan tangan kirinya diamputasi sebatas siku. (halaman 83).
Ø  Suka Menasehati, buktinya : Pak Sukri menyadari kegalauan yang dirasakan anaknya. Maka dinasihatilah putra keduanya itu. (halaman 90).
Ø  Bersyukur, buktinya : “Oh, tentu. Alhamdulillah, kita bisa berkumpul dengan Ibu dan Budiman………,” kata Pak Sukri. (halaman 92).

7.      Yus (teman Aldin)
Ø  Tidak suka bercanda/ Serius, buktinya : Yus bukanlah tipe anak yang suka bercanda. Jadi dapat diduga tawarannya ini pun serius. (halaman 21).
Ø  Berwibawa, buktinya : Rasanya tak tega mempermainkan Yus, bos madding yang berwibawa itu. (halaman 22).

8.      Tatak (teman Aldin)
Ø  Baik, buktinya : “Bagus, kok,” kata Tatak. (halaman 20).
Ø  Tanggung jawab, buktinya : “Sudah beres. Kita masuk, yuk,” ajak Tatak sambil menenteng peralatannya. (halaman 21).

9.      Yasin (teman Aldin)
Ø  Baik
Karena didalam cerita Yasin diceritakan sebagai penanggung jawab madding sekolah. (halaman 19).

10.  Koko (sahabat Aldin)
Ø  Suka membantu, buktinya : “Aku suka membantu Om yang kerja merakit motor-motor antik.” (halaman 18).
Ø  Semangat, buktinya : “Siiip lah,” jawab Koko bersemangat. (halaman 55).
Ø  Panik, buktinya : “Koko, koko. Kita sudah beberapa kali merasakan gempa susulan. Kamu tetap saja panic begitu.” (halaman 67).

11.  Bu Wid (pemilik kantin di sekolah)
Ø  Ramah, buktinya : “Air putihnya habis ya Bu?” tanya Aldin pada Bu Wid, pemilik kantin yang ramah. (halaman 28).

12.  Pak Jono (korban gempa)
Ø  Baik, buktinya : Pak Jono mengajak para tetangganya untuk masuk masjid lagi. Katanya, “Kita sebaiknya masuk lagi. Masuk! Mari masuk!” (halaman 37).

13.  Pak Rosid (relawan gempa)
Ø  Suka membantu, buktinya : “Bas, ayo ikut aku! Cepat! Kita bantu penduduk untuk mengeluarkan korban dari reruntuhan,” ajak Pak Rosid. (halaman 51).
Ø  Penertian, buktinya : “Itu juga salah satu tugas kita. Maklum saja, kejadian kemarin yang hanya sebentar itu telah menyebabkan meninggalnya orang-orang yang mereka kasihi,” jawab Pak Rosid penuh pengertian. (halaman 47).

14.  Mas Nugroho (relawan gempa)
Ø  Baik, buktinya : “Ya, masih ada sepuluh tenda lagi yang bisa dibagikan,” tambah Mas Nugroho. (halaman 47).

15.  Dokter Ilyas (relawan gempa)
Ø  Baik, buktinya : “Bastomi, katanya kamu pandai memijat. Apa betul?” (halaman 49).
Keterangan tambahan : menandakan sewaktu Dokter Ilyas meminta dipijat, ia mengalami kelelahan. Membantu para korban gempa.

16.  Mas Taufik (relawan gempa dan teman Mas Bastomi)
Ø  “Setelah kamu memijat Dokter Ilyas, kamu nanti saya pijat Bas,” kata Mas Taufik. (halaman 49).
17.  Mas Galih (relawan gempa)
Ø  Perhatian, buktinya : “Kalasan ini merupakan daerah wilayah Jawa Tengah yang paling parah kerusakannya akibat gempa kemarin,” Kata Mas Galih…. (halaman 63).

18.  Kamal (korban gempa)
Ø  Bersyukur, buktinya : “........Alhamdulillah, selama ini kami sangat terbantu atas kehadiran kakakmu dan teman-temannya.” (halaman 69).

19.  Dokter Hasan (relawan gempa)
Ø  Suka bergurau, buktinya : “………..Kalau bisa menunya bukan mie. He…he…” gurau Dokter Hasan. (halaman 79).
Ø  Baik, buktinya : “……Kalau kau mau, kau boleh ikut. Insya Allah berangkat jam Sembilan.” (halaman 79).

20.  Pak Irsyad (Dokter RS. Dr. Sutomo Surabaya)
Ø  Baik, buktinya : “Bapak rasa kau sudah semakin berani melangkah,” kata Pak Irsyad pada anak itu……….. ”Alhamdulillah, terima kasih banyak atas bantuannya selama ini………..,” (halaman 82).
Ø  Lembut/perhatian,
buktinya : Tiba-tiba suara Pak Irsyad datang lagi dan menyapanya lembut. “Assalamu’alaikum, Amin.” (halaman 84).


    V.             Latar atau Setting
1.      Latar tempat
Ø  Rumah Aldin, buktinya : Aldin yang baru saja masuk dari rumah dengan cepat menghindar. (halaman 10).
Ø  Kamar Aldin, buktinya : Dengan cepat Aldin masuk kamar. (halaman 10).
Ø  Sekolah Aldin, buktinya : kata  Aldin pada Koko saat istirahat di sekolah. (halaman 18).
Ø  Kantin sekolah, buktinya : “…………..karena prestasi makan bakwannya yang paling banyak di kantin ini,” jawab Aldin menahan tawa. (halaman 18).
Ø  Di dekat madding, buktinya : Yus, penanggung jawab madding sekolah berdiri serius di dekat mading. (halaman 19).
Ø  Yogya, buktinya : Radio kecil berbaterai dua milik Pak Jono sekarang menjadi barang yang penting. Sesaat setelah terjadinya gempa, aliran listrik di Yogya padam. (halaman 36).
Ø  Masjid, buktinya : Pak Jono mengajak para tetangganya untuk masuk masjid lagi. (halaman 37).
Ø  Surabaya, buktinya : Siang yang terik menghias kota Surabaya. (halaman 43).
Ø  Desa Srandakan, buktinya : Rombongan relawan mas Bas dan teman-temannya untuk pertama kalinya akan memulai kerja mereka di desa Srandakan. (halaman 46).
Ø  Pinggir Sawah, buktinya : Tandu segera digotong menuju jalan di pinggir sawah. (halaman 52).
Ø  Terminal bus Giwangan, buktinya : Bertiga diantar Mas Galih sampai di terminal bus Giwangan. (halaman 72).
Ø  RS. Dr. Sutomo, Surabaya
Buktinya :
“Ngg… bukan begitu, Pak Dokter. Kemarin Aldin terima surat dari teman Aldin yang jadi korban gempa. Katanya dia dirawat di rumah sakit Surabaya.”
“Oh, begitu. Besok Bapak memang ad jadwal ke Rumah Sakit dr. Sutomo……” (halaman 79).
Ø  Taman (di dalam RS. Dr. Sutomo, Surabaya)
Buktinya : “Bisakah saya di taman ini dulu?” (halaman 83).
Ø  Ruang perawatan Pak Sukri
Buktinya : Keduanya menuju ruang perawatan Pak Sukri, ayah Amin. (halaman 86).
Ø  Tenda bantuan bagi keluarga Pak Sukri
Buktinya : Mala mini mereka beristirahat di dalam tenda. (halaman 91).
Ø  Sekolah Amin dan Mas Budiman
Buktinya : kata Budiman ketika mereka mendekati lokasi sekolah. (halaman 94).
Ø  Di bawah Pohon, buktinya : Amin duduk di bawah pohon dengan alat-alat gambarnya. (halaman 96).
Ø  Kamar Mas Bastomi, buktinya : ………, isi bungkusan berupa selembar kertas itu ditempel Mas Bas di dinding kamarnya. (halaman 98).


2.      Latar  waktu
Ø  Sore, buktinya : Sore itu, saat Mas Bas pulang dari kerja. (halaman 14).
Ø  Sabtu tanggal 27 Mei, buktinya : “Masya Allah, sekarang hari Sabtu tanggal 27 Mei?! Berarti hari ini tugas matematika dikumpulkan. (halaman 26).
Ø  Pagi, buktinya : Maka sebentar saja, pagi itu di kamar Aldin terjadi kesibukan yang luar biasa. (halaman 26).
Ø  Malam, buktinya : Malam itu mereka bertiga menonton berita gempa di televisi. (halaman 29).
Ø  Siang, buktinya : Siang yang terik menghias kota Surabaya. (halaman 43).

3.      Latar suasana
Ø  Menegangkan, buktinya : “Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun…” desis Aldin, Ibu dan Mbak Tanti hampir bersamaan.
Ø  Menyebalkan, buktinya : Aldin memandang kakaknya tak suka. Kenapa sih harus bicara begitu. (halaman 31).
Ø  Menyenangkan, buktinya :
Aldin menimang kamera itu dengan gembira. Benda yang sudah lama ingin dimilikinya. (halaman 61).
“Hore, asyik!!!” sahut anak-anak itu riuh rendah. Mereka pun bubaran. Aldin dan Koko takjub melihat keceriaan mereka. (halaman 64).
Ø  Mengharukan, buktinya : “Namaku Aldin, sahabat penamu.” Tak kuasa Aldin menahan haru. Dirangkulnya Amin yang masih duduk keheranan. (halaman 84).
Ø  Menyedihkan, buktinya : “Ya, seperti itulah yang aku lihat di layar televisi rumah sakit. Tapi, aku sendiri tidak tahu, bagaimana keadaan rumahku sekarang. Aku juga tidak tahu bagaimana keadaan Ibu dan kakakku di sana.” (halaman 86).


 VI.            Gaya Bahasa
Ø  Majas Personifikasi
Buktinya : Tiga sinar lampu minyak yang menyala dipasang di dinding masjid meliuk-liuk tertiup angin. (halaman 36).

VII.            Sudut Pandang
              Sudut pandang dalam cerita novel yang berjudul “Kisah Sedih Sahabat Pena” adalah pengarang atau penulis menceritakan tentang orang lain. Maka cerita novel ini mempunyai sudut pandang orang ke-3.



VIII.            Amanat (pesan)
Ø  Manusia adalah makhluk sosial, yang mempunyai ketergantungan satu sama lain. Di dalam cerita novel ini kita diajarkan saling membantu atau tolong-menolong sesama makhluk hidup (manusia).
Ø  Perhatian terhadap seseorang itu baik, maka kita juga harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ø  Janganlah kamu menuduh seseorang tanpa bukti yang jelas.
Ø  Bekerjasamalah untuk memecahkan suatu masalah agar masalah tersebut cepat terselesaikan.

Cr : Yuniar Arij Puspita N
30 ‎Nopember ‎2013, ‏‎9:04:48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar